Wednesday, September 1, 2010

Saksi Mata

       Ku mulai hari ini dengan sahur dadar jagung, dengan wajah tak bernafsu makan, ku mulai beranjak mengambil menuku.
Hari ini entah kenapa perasaanku selalu gak enak. Aslinya ku pengen gak masuk skul karena pelajarannya agak enggak mengenakkan.
(singkat cerita)
    Ku tidur nyenyak waktu itu, sebelum suara khas Ust. Muchlis membangaun kan ku. Ku berjalan ke koridor kamar, ingin tahu
sudah jam berapa?? berapa lamaku tidur??? Jam 5 lewat waktu itu, dan aku terpegok Ustad waktu ku kembali ke kamar. "Wi (ust. Muchlis memanggilku)
kenapa enggak ke masjid??", Ust Muchlis dengan wajah marahnya, "nunggu beduk baru berangkat??". Aku gak bisa menjawab. Aku cuman tersenyum,
barangkali bisa membuat marahnya agak reda. Eh... malah di balas dengan raut muka lebih marah, ku langsung kembali ke kamar.
Dengan cepat aku menyabet handuk dan gayungku dan lari ke kamar mandi.
    Di masjid ternyata tidak ada kajian sore, seperti biasa, aku membuka lembaran demi lembaran Al-Qur'an, tapi hidung ini membuatku tidak
semangat untuk menghirup udara dan ku pun mulai teler, tak sanggup melanjutkan lantunan ku. Jam setengah enam!!! waktu yang paling ku tunggu-tunggu
Berbaris di emperan masjid mengerubungi takjil-takjil yang ada bersama teman-temanku. Ada yang ngrasani, ada yang berseru "Gus adzan Gus"(nama takmir
masjidnya namanya Agus) yang tak lain adalah Mupleh.
    'Allahu Akbar, Allahu akbar ...' waktu bedug maghrib pun tiba, semuanya tak ingin ketinggalan dengan menu takjil yang telah disediakan,
dan mulai berebut mendapat menu yang disukai mereka, tak ketinggalan aku juga ikut berebut. Setelah kenyang dengan takjil, ku beranjak ke tempat wudhlu
menengadahi air dan berkumur-kumur, berharap semua sia makanan yang ada di mulut ikut larut dengan air. Tak lama kemudian Iqomah pun berkumandang,
ku mulai masuk area sholat. Dan menjalankan ibadah sholat maghrib.
    Salam pun menggema di masjid, menandakan selesainya ibadah sholat maghrib. Ku dan sohib ku kembali ke kamar untuk menikmati hidangan makan malam
Hehm... lauknya daging, agak kesukaanku. Tapi gak papalah, dinikmati aja. Ku menaruh peci kebanggaanku di atas kasur. Dan mulai berjalan cepat menuju


lesehan, dan ikut bergabung dengan rumunan manusia yang kelaparan. Akhirnya. Kini giliranku mengambil daging yang pasti sudah menunggu-nunggu kehadiranku.
Ku lahap makanan tersebut dengan menyaksikkan acara TV, PPT.
    Akhirnya kenyang, dan mulai mengorahi piringku yang kotor. Seakan-akan berharap masih adanya ruang dari dalam perutku, ku nekad membeli snack di
koprasi asrama. Tiba-tiba ku dengar suara satpam "Yayan, Yayan mana rek!!??" dia tak lain dan tak bukan adalah Fajar. Dia mencariku karena hari ini aku
piket mengatur lalulintas penyebrangan depan Masjid Al-Falah. Ku selalu menghindar dari sergapan sang satpam, tapi apa daya, aku pun menyerah.
Dengan snack yang tersisa di tanganku ku pun, aku berangkat menuju tempat tugas. Dan tak lupa membawa MP3 ku untuk hiburan.
    Baru 18.30 waktu itu, dan para jama'ah sholat terawih sudah agak banyak. Si Satpam mengambil perlengkapan keamanan dan menyerahkan lampu slash padaku.
Ku merasa bangga dengan memegang lampu slash tersebut. Ku langsung berangkat ke posku. Di sana sudah banyak orang yang berlalu lalang untuk menyabrang,
aku pun mulai beraksi dengan tongkat slash ku. Dengan menggoyangkannya keatas dan ke bawah, mobil dan motor pasti sudah tahu, bahwa mereka harus memelankan
sepedanya, karena sewakktu-waktu harus berhenti. Aku berhasil menyebrangkan para jema'ah tersebut. Ada yang bilang "Makasih ya Mas!" yang membuat hatiku semakin
bangga dan membesarkan kepalaku.
    Tak lama kemudian, Muhe' (panggilan terkenalnya si Muhai) datang menghampiriku, "Yan gantian!", kata Muhe'. Dengan berat hati ku serahkan tongkat
kebanggaanku kepada si Muhe'. Jema'ah semakin berbondong-bondong ramai datang ke masjid. Karena Iqomah sudah dikumandangkan. Tidak hanya para jama'ah saja yang
ramai, tapi pengguna jalan pun seakan-akan menambah adrenalin untuk menyebrangkan jema'ah.
    Waktu itu entah kenapa ku merasa perasaanku gak enak, seperti akan ada yang terjadi. Ku langsung menyalakan MP3ku karena ibadah sholat isya' sudah di mulai.
Saat itu masih ada jama'ah yang hendak menyebrang. "Yan MP3 harganya berapaan??", tanya Muhe' saat ku mengeluarkan MP3 ku. "300 an lek gak 400 an", jawabku.
Muhe' pun dengan membawa tongkatnya, mulai meyebrangkan para jama'ah.
    Dia belum menyuruh kendaraan untuk berhenti, baru menyuruhnya untuk memelankan kecepatannya. Tapi mobil yang berada di depan sendiri mulai memelan dan berhenti,
begitu pula dengan kendaraan yang lain. Karena Muhe' belum memberi tanda-tanda untuk para penyebrang, bahwa posisinya sudah aman. Tapi para jema'ah mengira bahwa keadaan
sudah aman terkendali. Mereka dengan PD menyebrang. Dari belakang seorang dengan mengendarai sepeda satria dengan kecepatan 80an km/jam (perkiraan dari suara mesin dan
pengalaman ku) melesat cepat. Dengan gaya zig zag dia melewati penghadangnya. Sampai akhirnya dia melewati mobil terakhir yang tadi berhenti di depan Muhe'. Sesaat ku
dengar suara "UWEI..." brak..... seorang jema'ah terseret bersama satria, hingga kira-kira 3-4 meter an. Aku dan crew parkir kaget dan langsung menghampirinya.
Ku rebut tongkat kebanggaan ku dari Muhe' dan menyuruhnya untuk menolong, sedangkan aku mengatur lalulintas agar tidak terjadi kemacetan. Para crew parkir dengan sigap
menolong dan segera membawa mereka berdua ke tepi jalan. Ada yang memanggil takmir. Ada yang mencarikan tumpangan untuk ke RS.
Sempatku berpikir "Ya Allah kenapa harus hari ini??". Para jama'ah di masjid tak menghiraukan suara ini, karena masih kushuk dengan sholatnya.
    Selang beberapa waktu, depan masjid mulai ramai, berbondong-bondong untuk menyaksikkan apa yang telah terjadi. Aku sedikkit merinding dan menyuruh para jema'ah untuk
kembali ke dalam area masjid, yang notabene adalah anak asrama. Tiba-tiba petugas polisi yang mendengar akan kejadian ini segera menuju ke TKP dan bertanya "Mas katanya
ada kejadian kecelakaan?!", aku pun menjawab "Ya pak, di sana korbannya" dengan tongkat slash ku menunjukkan dimana korbannya terkapar. Temanku yang dari tadi mencari
mobil untuk tumpangan belum dapat. Tapi ketika polisi yang mencari, tak butuh waktu se-menit saja sudah dapat. Huft... memang orang Indonesi*. Polisi itu dengan
walkytalky nya menghubungi teman-temannya. Petugas itu pun segera mengorek informasi dari kamii tadi yang berada di tempat kejadian, sebelum membawa para korban ke RS.
    Setelah para korban di bawa ke RS, petugas yang lainnya pun datang, kurang lebih yang kutahu itu adalah petugas yang mengorek informasinya secara detail.
Waktu itu si Muhe' masih di depan masjid ketika petugas menanyaiku. Padahal semua yang tahu kejadian secara detail adalah si MUhe'. Pertanyaan- pertanyaan pun melayang
menampar telingaku. "Namanya siapa mas??", petugas pertama menanyaiku. Suaranya membuat aliran darahku mengucur deras dari kaki hingga kepala, terasa hangat, dan muncul
keringat dingin di keningku. "Yayan", jawabku polos, seolah tidak terjadi apa-apa. "Tanggal lahir?", lanjutnya, "27 Maret", jawabku Pe De. "Tahun?", nadanya semakin dalam,
"1994 pak", jawabku agak deg-deg an. "Alamat?", pertanyaan semakin bertubi-tubi. "Bojonegoro, Ds. Sumberarum RT. 27 RW 09", jawabku mudah, berharap akan mendapatkan
hadian seperti kuis "Kena deh!!". "Nomer telepon/ hp/ yang bisa dihubungi??" lanjutnya mengintrogasiku. "081330931518", ku berharap lupa dengan no ku, entah benar ato
enggak no yang ku berikan aku g ngurus. "Kejadiannya seperti apa mas?? dan dimana tempatnya??", lanjutnya, sempatku berpikir 'ku wes pegel pak kaet mau cerito iki ae'
lalu ku suruh si Muhe' yang baru saja menyebrang, untuk menceritakan kejadian selengkapnya kepada petugas.
    "Ooo... begitu. Terimakasih mas.", petugas itu menyelesaikan inspeksinya, dan menjabat tangan kami. Ku gemetar, kenapa enggak Muhe' aja yang di introgasi? kenapa
aku harus memberikan semua data-data ku. Akankah nanti aku akan jadi saksi mata???
    Cerita itu berlanjut terus sampai di asrama dan menjadi hotnews....

2 comments:

 

About Me

My photo
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Sebagai mahasiswa setidaknya perlu rancangan masa depan. And Lets get start the Bussiness

Kelebihan


Rodo' Gejhe

Recent Post